Jika Anda pernah mendengar istilah microservices, mungkin Anda bertanya-tanya apa sebenarnya arti dan manfaat dari pola arsitektur ini. Microservices adalah salah satu tren terbaru dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Netflix, Amazon, dan Google. Dengan menggunakan microservices, aplikasi dapat dibagi menjadi layanan-layanan kecil yang saling berkomunikasi dan beroperasi secara mandiri.
Di era perkembangan pesat informasi teknologi (IT), pola arsitektur seperti microservices memegang peran sentral. Konsep ini memungkinkan pengembangan dan pengelolaan aplikasi atau perangkat lunak menjadi lebih terfokus dan efisien. Dengan memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang saling terhubung dan mandiri, informasi teknologi dapat diimplementasikan dengan lebih lincah dan sesuai kebutuhan bisnis.
Microservices adalah sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang saling terhubung dan independen. Setiap layanan memiliki fungsi dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan kebutuhan bisnis. Layanan-layanan tersebut dapat menggunakan teknologi, bahasa pemrograman, dan database yang berbeda-beda. Layanan-layanan tersebut juga dapat diuji, dikerjakan, dan diperbarui secara terpisah tanpa mengganggu layanan lainnya.
Karakteristik Microservices
Berdasarkan pengertian di atas, microservices memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:
- Banyak komponen.
Microservices terdiri dari banyak komponen atau layanan yang berjumlah puluhan hingga ratusan. Setiap komponen memiliki ukuran yang kecil dan ringan sehingga mudah untuk dikembangkan dan dijalankan. - Orientasi bisnis.
Setiap komponen memiliki fokus pada fungsi bisnis tertentu yang spesifik dan jelas. Hal ini memudahkan untuk memahami alur bisnis dan mengelola perubahan sesuai dengan permintaan pasar. - Routing sederhana.
Komunikasi antara komponen dilakukan melalui protokol sederhana seperti HTTP atau message broker. Komunikasi ini biasanya bersifat stateless, yaitu tidak menyimpan informasi tentang status atau kondisi komponen lainnya. - Autonomi.
Setiap komponen dapat berjalan secara mandiri tanpa bergantung pada komponen lainnya. Jika salah satu komponen mengalami masalah atau gagal, komponen lainnya tidak akan terpengaruh. - Resiliensi.
Microservices mampu menangani kegagalan dengan cepat dan efektif. Jika salah satu komponen mengalami masalah, komponen tersebut dapat diisolasi, diperbaiki, atau digantikan tanpa mengganggu kinerja keseluruhan aplikasi. - Evolusi.
Microservices dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi dan kebutuhan bisnis dengan mudah. Setiap komponen dapat diperbarui, ditambahkan, atau dihapus tanpa mempengaruhi komponen lainnya.
Kelebihan Microservices
Microservices memiliki banyak kelebihan yang menjadikannya sebagai pilihan arsitektur yang menarik bagi pengembang perangkat lunak, yaitu:
1. Agilitas
Microservices memungkinkan pengembang untuk bekerja secara lebih cepat dan fleksibel. Pengembang dapat memilih teknologi, bahasa pemrograman, dan database yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing komponen. Pengembang juga dapat melakukan pengujian, penyebaran, dan pembaruan secara lebih mudah dan sering.
2. Skalabilitas
Microservices memungkinkan aplikasi untuk menyesuaikan diri dengan beban kerja yang bervariasi. Pengembang dapat melakukan penskalaan horizontal, yaitu menambahkan atau mengurangi jumlah komponen sesuai dengan permintaan. Penskalaan ini dapat dilakukan secara otomatis atau manual.
3. Ketersediaan
Microservices memungkinkan aplikasi untuk tetap berjalan meskipun salah satu atau beberapa komponen mengalami masalah atau gagal. Hal ini karena setiap komponen memiliki mekanisme pemulihan sendiri dan tidak bergantung pada komponen lainnya.
4. Inovasi
Microservices memungkinkan pengembang untuk bereksperimen dan mencoba hal-hal baru tanpa takut merusak aplikasi. Pengembang dapat menambahkan fitur, fungsi, atau teknologi baru dengan mudah dan cepat.
Kekurangan Microservices
Meskipun memiliki banyak kelebihan, microservices juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kompleksitas
Microservices menambahkan tingkat kompleksitas yang tinggi pada aplikasi. Pengembang harus memikirkan banyak hal seperti desain, pengembangan, pengujian, penyebaran, pemantauan, dan pemeliharaan dari banyak komponen yang berbeda-beda. Pengembang juga harus mengelola komunikasi dan koordinasi antara komponen yang melibatkan protokol, format data, keamanan, dan konsistensi.
2. Overhead
Microservices menambahkan beban tambahan pada aplikasi. Setiap komponen membutuhkan sumber daya seperti CPU, memori, disk, dan jaringan untuk berjalan. Komunikasi antara komponen juga membutuhkan bandwidth dan latensi yang lebih besar. Selain itu, microservices juga membutuhkan alat-alat tambahan seperti service discovery, load balancer, API gateway, message broker, dan lain-lain untuk mendukung arsitektur ini.
3. Memerlukan Biaya Tambahan
Microservices menambahkan biaya tambahan pada aplikasi. Biaya ini meliputi biaya pengembangan, pengujian, penyebaran, pemantauan, pemeliharaan, dan infrastruktur dari banyak komponen yang berbeda-beda. Biaya ini dapat meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perubahan aplikasi.
Kapan Harus Menggunakan Microservices?
Microservices bukanlah solusi yang cocok untuk semua jenis aplikasi atau perangkat lunak. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakan microservices, yaitu:
1. Ukuran dan kompleksitas aplikasi
Microservices cocok untuk aplikasi yang besar dan kompleks yang memiliki banyak fitur dan fungsi yang berbeda-beda. Aplikasi yang kecil dan sederhana mungkin tidak membutuhkan microservices karena akan menambahkan kompleksitas dan biaya yang tidak perlu.
2. Tim dan organisasi pengembang
Microservices cocok untuk tim dan organisasi pengembang yang besar dan terdistribusi yang memiliki keahlian dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Tim dan organisasi pengembang yang kecil dan terpusat mungkin tidak membutuhkan microservices karena akan menambahkan kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi.
3. Kebutuhan bisnis
Microservices cocok untuk kebutuhan bisnis yang dinamis dan berubah-ubah yang membutuhkan inovasi dan adaptasi yang cepat. Kebutuhan bisnis yang statis dan stabil mungkin tidak membutuhkan microservices karena akan menambahkan risiko dalam kualitas dan konsistensi.
Kesimpulan
Microservices adalah sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang saling terhubung dan independen. Micro service memiliki banyak kelebihan seperti agilitas, skalabilitas, ketersediaan, dan inovasi. Namun, microservices juga memiliki beberapa kekurangan seperti kompleksitas, overhead, dan biaya. Microservices bukanlah solusi yang cocok untuk semua jenis aplikasi atau perangkat lunak. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakan microservices.
Sekian artikel tentang Pengertian, Kekurangannya dan Kelebihan Microservices. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar